Menatap Indonesia, Menatap Anak-anak Muda
Jakarta, LINK—Setelah pada minggu-minggu sebelumnya dilaksanakan lomba-lomba 17-an di unit-unit sekolah, puncak peringatan HUT Kemerdekaan Sekolah Jubilee dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2017 di Lapangan Basket Jubilee. Upacara diikuti oleh pengurus Yayasan Citra Bangsa Mulia, principal, supervisor, dewan guru, staf, Building Management, dan siswa-siswa Sekolah Jubilee. Tak ketinggalan beberapa orang tua juga turut hadir sebagai peserta upacara.
Bapak Ibrahim Abdullah, Pembina Yayasan Citra Bangsa Mulia (YCBM) selaku Pembina Upacara mengajak hadirin untuk mengenang para pahlawan dan pejuang kemerdekaan dengan pekik ‘Merdeka’ 3 kali diikuti oleh hadirin.
“72 Tahun kita memproklamirkan kepada dunia, bahwa bangsa Indonesia telah merdeka lepas dari penindasan dan perbudakan. Bangsa Indonesia dibentuk dari berbagai suku bangsa, agama, ras dan antar golongan yang berbeda-beda, kita selalu mengingat itu, dan darinya kita ada. Sebelumnya, pada 28 Oktober 1928, peristiwa Sumpah Pemuda telah menerbitkan kesadaran tentang perlunya menyatukan ‘tumpah darah, bangsa, bahasa Indonesia’, tanpa dibatasi oleh suku, agama, ras dan antar golongan. 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta mengucapkan proklamasi dan Indonesia telah lahir. Mereka-mereka adalah pelopor, anak-anak muda dan cendekiawan visioner putra-putra terbaik Indonesia,” tegas pak Ibrahim.
Selanjutnya, kata Pak Ibrahim, “Perjalanan bangsa Indonesia pada tahun 1965, kembali anak-anak muda tampil, menyelamatkan bangsa. Dan kita harus menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Pada 1998 juga melalui Reformasi, sesudah sebelumnya mengalami kekuasaan yang mencekam.
“Setiap tanggal 17 Agustus, kita selalu mengingat betapa dahsyatnya Proklamasi Kemerdekaan kita, sejajar dengan bangsa-bangsa besar lain, bahkan lebih besar. Revolusi Perancis pemberontakan petani terhadap rajanya. Revolusi Rusia pemberontakan buruh. Revolusi Amerika pemberontakan daerah koloni kepada Inggris dengan perang besar-besaran. Dan Revolusi Indonesia meliputi semuanya petani, buruh, serta ketidakpuasan daerah koloni yang tertindas,” kata Pak Ibrahim.
Anak-anak lahir, pembangunan kemudian menjadi soko guru yang menjadi harapan dan sandaran tokoh-tokoh bangsa . ‘Menatap Indonesia, menatap Anak-anak Muda’, kalian lah penerus mereka semua. Pak Ibrahim mengutip penyair Chairil Anwar, “Kalian lah yang menilai perjuangan kami.”
“Belajar lah dengan baik, kejarlah cita-cita setinggi mungkin. Pendidikan yang baik harus dengan karakter yang baik dan berbakti pada Tuhan. Mereka para pahlawan-pahlawan dan para pejuang akan tersenyum bila kita berhasil menjadikan Indonesia: bangsa yang adil, makmur, bahagia, sejahtera dan tidak tersekat-sekat dalam ‘Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan’ (SARA). Kita selalu terikat dengan 3 kata: Sesama Agama, Sesama Bangsa dan Sesama Manusia, kita menjunjung tinggi ketiganya dimana pun kita berada,” tutup Pak Ibrahaim.
Di samping menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dengan dirigen Patricia Geraldine, siswa-siswa menyanyikan “Hari Merdeka” dan “Maju Tak Gentar” dengan dirigen Jane Candra. Peringatan hari Kemerdekaan ke-72 ditutup dengan lagu “Ibu Pertiwi” dan “Berkibarlah Benderaku” yang dilantunkan oleh Trio Zalfa Huriah Fatimah, Cindy, Sofia Khadijah. (Ab/fth/JMC)